Dunia Kadang Begitu…


Menggunakan standar ukuran dunia dalam menyikapi kemalangan,hanya menambah beban.Coba ganti dengan kesurabayaan. Eh bercanda haha.

Coba amati sekitarmu. Ada tidak orang yang sering jahat kepada orang lain, tetapi hidupnya selalu beruntung? Sementara ada orang yang baik banget, tapi hidupnya lebih banyak sengsaranya.

Kalau pakai terminologi agama, khususnya Islam, biasa disebut istidraj kias azab kesenangan.

Jika kita menggunakan terminologi duniawi, ya jelas yang enak yang jahat dan hidupnya selalu beruntung. Tapi kita melupakan karakter dunia yang tidak abadi. Dia selalu senang hidupnya untuk berapa lama sih? Memang dia hidup selamanya?

Begitu kita memasukkan konteks dunia yang sementara, maka ketidakadilan yang awalnya terlihat sangat gamblang, mulai memudar. Benarkah orang baik yang hidupnya sengsara itu menjadi orang yang merugi? Sepintas terlihat merugi. Karena hidupnya tidak seindah orang yang jahat tapi hidupnya lengkap dan terlihat bahagia.

Tapi, ketika kita menggunakan meteran kehidupan abadi, alias akhirat, maka jawabannya akan berbeda. Karena yang langgeng adalah amal kebaikan sebagai bekal. Bukan seberapa lengkap hidupmu seperti orang banyak, seberapa banyak rumahmu, seberapa sukses karirmu, usahamu, seberapa banyak investasimu.

Jelas sekali yang beruntung adalah orang baik yang jalan hidupnya lebih banyak sengsara. Karena kebaikannya menjadi cahaya dunia, menjadikan kehidupan lebih tenteram, aman bagi orang lain, dan menjadi bekal di hari kemudian. Jika secara materi pasti orang baik yang hidupnya sengsara ini tidak beruntung. Lebih beruntung orang jahat yang sukses hidupnya.

Tapi balik lagi, Allah SWT tidak peduli dengan pencapaian duniami. Tugasmu sebagai manusia hanya satu, mencari ridho Nya. Dan itu sukses tertinggi. Jika orang baik yang hidupnya sengsara itu ridho atas garis hidupnya, maka dia adalah orang sukses.

Mengukur segala sesuatu dengan ukuran dunia yang sementara, hanya membuat manusia menghalalkan segala cara, tertipu, bahkan hilang wajah manusianya berganti menjadi karakter setan dan binatang. Memangnya mau downgrade dari manusia yang punya kelebihan rasio logika, menjadi makhluk yang dikendalikan nafsu?

Dimensi dunia kerap menipu. Kecuali dimanfaatkan untuk kebaikan dan mencari ridho Tuhan.

#tulisansusansutardjo #susansutardjo