Hanya Pinjaman…

Jemariku masih menari di atas keyboard computer. Tapi pikiranku sudah melompat ke sana kemari. Kabar duka pagi ini membuyarkan konsentrasiku. Praktis hampir seharian aku tak membuahkan tulisan.

Aku mulai menghitung berapa uang yang harus kualokasikan agar anak-anak itu tetap bisa hidup layak seperti saat orang tuanya ada di dunia.

Pagi ini bertambah lagi anak yang masuk dalam daftar tanggunganku. Aku pikir, ini cara Allah agar aku tetap semangat melihat matahari bergerak dari Timur ke Barat. Kemudian terbenam diisi kegelapan. Yang kadang, dalam gelap itu, aku terisak. Hanya untuk meringankan.

Dulu, aku sempat bermimpi punya yayasan, punya bisnis untuk membiayai filantropi. Bahkan, aku sempat membuat stempel yayasan haha Project pertama donasi ke rumah sakit dhuafa yang tak seberapa.

Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan berbagi lain. Dan aku tak lagi peduli dengan mimpi itu. Karena sepertinya makin jauh dari realita.

Yang bisa kulakukan hanya membantu sporadis semampuku. Selain sebagai amalan melaksanakan perintah Allah, juga melanjutkan amal almarhum bapak yang dikenal sebagai pribadi generous.

Bahkan ada satu kegiatan, yang awalnya cukup berat buatku. Aku langsung malu. Almarhum bapak saja jaman dulu tidak itung-itungan dalam membelanjakan rezeki di jalan Allah SWT.

Karena sejatinya uang yang ada pada kita bukan uang kita. Kita hanya dititipi, hanya punya hak guna pakai. Apa buktinya? Buktinya, kita tidak bisa seratus persen menggaransi, uang atau harta yang ada pada kita itu akan selamanya milik kita.

Allah SWT bisa kapan saja mengambil uang atau harta kita. Atau kita sendiri yang meninggalkan uang atau harta kita.

Dengan status hanya pinjaman, sudah seharusnya kita ringan membelanjakan uang atau harta kita untuk kebaikan. Selain untuk keperluan yang berhubungan dengan jihad fi sabilillah, juga untuk menolong hamba Allah yang harus diangkat dari keterbatasan.

#susansutardjo #tulisansusansutardjo

Tinggalkan komentar