Vibes Angkot tuh…


Ada senyum yang bikin hati meleleh. Literally seasyik itu senyum tulus dengan stranger…

Dua perempuan bertubuh kurus dengan jilbab bergo dan gamis lusuh masuk ke dalam angkot yang kutumpangi saat pulang kantor. Keduanya sudah memasuki usia senja. “Mungkin dari rumah saudaranya,” batinku. Aku berasumsi seperti itu, karena keduanya bawa tas kantong belanja berisi barang, dari gang area pemukiman.

Aku tersenyum kepada salah satu Ibu yang duduk berseberangan denganku. Si ibu ternyata membalas senyumku. Aku pun menganggukkan kepalaku.

“Pulang kerja, neng?” tanya si ibu ramah. “Iya, bu,” jawabku. “Bawaannya banyak banget, neng. Sendirian ya. Kalau dekat, ibu bantuin,” ujar ibu.

Ya Allah langsung nyesek. Beliau yang sudah renta punya niat bantuin orang lain. Langsung kubalas “Makasih bu hehe. Ibu dari mana hehe,” balasku.

“Tadi dari acara pembagian sedekah, neng. Kalau hari Jumat, ibu libur ga kerja. Biasanya kerja nyuci piring di warteg,” ujar si ibu.

“Oh gitu,” ujarku. “Iya neng. Kadang dikasih barang, kadang dikasih uang,” kata si ibu sambil membuka tas kain belanjaan berisi barang sedekah.

Aku manggut-manggut. Tanpa sengaja aku melihat sendal jepit lusuh yang dikenakan kedua ibu ini. Ada rasa ga nyaman di hatiku. Saat sadar, aku bawa dua tas belanjaan dari shopping mall.

Sempat kepikir mau ngasih barang belanjaan, tapi aku sendiri juga butuh. Akhirnya kuputusin kasih uang keduanya. Sekalian nggratisin ongkos transport.

Sebelum kedua ibu ini masuk, aku sudah niat nggratisin ongkos angkot kakek yang berjalan dengan tongkat dan duduk di depan, samping sopir. Melihat semangat dan keceriaannya, aku seperti mendapat energi baru.

Melihat semangat hidup mereka, aku melihat hamba yang mensyukuri nikmat hidup yang didambakan yang sudah meninggal. Aku melihat ridho dan qudrah Allah dari wajah-wajah renta yang tersenyum melanjutkan hidup di tengah keterbatasan.

Ya, sore itu aku hanya berlima di angkot. Bareng kedua nenek dan seorang kakek yang tetap semangat melanjutkan hidupnya. Alhamdulillah…

Kadang small talk, ngobrol dengan stranger, orang yang ga kita kenal itu, literally bisa bikin positive vibes. Sore yang mendung, menjadi cerah dengan semangat mereka, orang-orang yang tak lagi muda usia. Ada yang relate sama kisahku hari ini?

Dan rasa itu, ga kudapatkan tahun lalu, saat pulang pergi kerja harus pakai antar jemput driver karena pandemi. Aku merasa hidup di antara mereka. Orang-orang kurang beruntung yang semangat melanjutkan hidup. Semangat mereka memercik menjadi energi baru untukku. Berharap, diriku juga menjadi energi positif bagi orang di sekitarku.

Hanya Pinjaman…


Jemariku masih menari di atas keyboard computer. Tapi pikiranku sudah melompat ke sana kemari. Kabar duka pagi ini membuyarkan konsentrasiku. Praktis hampir seharian aku tak membuahkan tulisan.

Aku mulai menghitung berapa uang yang harus kualokasikan agar anak-anak itu tetap bisa hidup layak seperti saat orang tuanya ada di dunia.

Pagi ini bertambah lagi anak yang masuk dalam daftar tanggunganku. Aku pikir, ini cara Allah agar aku tetap semangat melihat matahari bergerak dari Timur ke Barat. Kemudian terbenam diisi kegelapan. Yang kadang, dalam gelap itu, aku terisak. Hanya untuk meringankan.

Dulu, aku sempat bermimpi punya yayasan, punya bisnis untuk membiayai filantropi. Bahkan, aku sempat membuat stempel yayasan haha Project pertama donasi ke rumah sakit dhuafa yang tak seberapa.

Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan berbagi lain. Dan aku tak lagi peduli dengan mimpi itu. Karena sepertinya makin jauh dari realita.

Yang bisa kulakukan hanya membantu sporadis semampuku. Selain sebagai amalan melaksanakan perintah Allah, juga melanjutkan amal almarhum bapak yang dikenal sebagai pribadi generous.

Bahkan ada satu kegiatan, yang awalnya cukup berat buatku. Aku langsung malu. Almarhum bapak saja jaman dulu tidak itung-itungan dalam membelanjakan rezeki di jalan Allah SWT.

Karena sejatinya uang yang ada pada kita bukan uang kita. Kita hanya dititipi, hanya punya hak guna pakai. Apa buktinya? Buktinya, kita tidak bisa seratus persen menggaransi, uang atau harta yang ada pada kita itu akan selamanya milik kita.

Allah SWT bisa kapan saja mengambil uang atau harta kita. Atau kita sendiri yang meninggalkan uang atau harta kita.

Dengan status hanya pinjaman, sudah seharusnya kita ringan membelanjakan uang atau harta kita untuk kebaikan. Selain untuk keperluan yang berhubungan dengan jihad fi sabilillah, juga untuk menolong hamba Allah yang harus diangkat dari keterbatasan.

#susansutardjo #tulisansusansutardjo